Sejarah DMI Kab. Tasikmalaya

Sejarah DMI Kabupaten Tasikmalaya
Oleh Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak
DMI Kabupaten Tasikmalaya lahir setelah 32 tahun DMI lahir di tingkat Nasional. Ini memang termasuk terlambat, namun pendirian DMI di daerah memang tidak semulus ormas lain. Ada banyak rintangan yang pada ujungnya terjadi perlambatan determinasi DMI Pusat ke daerah.
Hal ini pun terjadi pada Pendirian DMI di Kabupaten Tasikmalaya. Lahir pada tanggal 22 Juni 2004, DMI Kabupaten Tasikmalaya terhitung rumit dalam pendiriannya. Ada beberapa faktor yang bisa jadi menjadi penghambat lahirnya organisasi ini, di antaranya adalah:
- Ada tudingan atau salah paham atau salah mengerti antara DMI dan MDI. DMI adalah Dewan Masjid Indonesia sedangkan MDI adalah Majelis Dakwah Islam. MDI adalah lembaga Islam sayap Partai Golongan Karya, sehingga masyarakat kurang antusias. Ini diakibatkan oleh MDI yang di bawah partai akan dibawa ke bidang politik. Hal ini tentu saja membuat DMI dari sudut ortografi (aksara) memiliki kesamaan sehingga perlu sosialisasi lebih dalam. DMI mendeklarasikan bukan MDI apalagi tidak berafiliasi kepada partai manapun. Peristiwa ini lumayan menguras tenaga sehingga pimpinan DMI mensosialisasikannya dengan serius.
- Walaupun Majelis Ulama Indonesia (MUI) lahir setelah DMI, namun keberterimaan MUI lebih massif dibanding DMI di daerah. Ini dampak dari terminology ulama lebih elitis dan lebih mengena ketimbang masjid. Sehingga Masjid identic dengan ulama, begitupun ulama lebih identic dengan masjid. Namun karena DMI belum dikenal dan dektahui arah dan tujuannya, maka perlakuan terhadap DMI berbeda dengan MUI, begitupun masyarakat memliki asumsi berbeda atas hubungan MUI dengan NU, Muhammadiyah dan ormas keislaman lainnya. DMI dianggap menjadi kontestan baru sehingga dianggap tidak baik kehadirannya. DMI akan mengambil ranah ormas lain dalam kedatangannya. Sehingga hal ini menjadi rumit karena DMI sulit untuk diterima dan berkembang secara cepat. Ormas lainnya pun tidak ingin membantu membesarkan karena dianggap kontestan bukan mitra. Bahkan, untuk beberapa persepsi tokoh golongan senior masih menganggap DMI adalah kelompok Muhammadiyah, sehingga NU sering kurang berkenan.
Dari dua penghambat di atas bisa dirasakan bagaimana DMI menjadi organisasi yang telah lama lahir tapi memiliki kesulitan berkembang di daerah. Maka banyak jasa para pendiri untuk turut membesarkan DMI di Kabupaten Tasikmalaya. Mereka terus didorong untuk memajukan DMI oleh DMI Provinsi Jawa Barat sehingga para founding father ini terus tanpa lelah membesarkan DMI di daerah sampai mendapat penghargaan DMI terbaik secara nasional.
Diawali datangnya surat dari PP DMI dari Jakarta ke Seksi Penamas Kementerian Agama Kabupaten Tasikmalaya. Ada kebingungan mendasar Kementerian agama terutama Kepala Seksi Penamas yang saat itu dijabat Bapak Ajat. Maka surat ini dibahas secara internal bersama dengan Kepala Kantor Kemenag Bapak Drs. Cecep Alamsyah, M.SI. Setelah dibahas maka diputuskan untuk merekomendasikan Bapak KH Atang Mansur Pimpinan Pesantren Al Mansyuriah Salawu untuk diberikan amanah memegang DMI secara penunjukan. Hal ini didasarkan pada pribadi beliau yang komitmen dan konsisten dalam agama dan bekerja. Beliau saat itu adalah pensiunan Kementerian Agama dan memiliki pesantren yang cukup terkenal dengan lembaga pendidikan yang sudah cukup berkembang.
Gambar
Drs. KH Atang Mansyur, Founding Father PD DMI
Kabupaten Tasikmalaya
Penunjukan ini berdampak luar biasa pada lahirnya DMI di Kabupaten Tasikmalaya. Drs. KH Atang Mansyur menanggapi serius surat dari PP DMI ini. Kegiatan pertama adalah dengan mengirimkan tutor Program Keaksaraan Fungsional Berbasis Masjid (KFBM) yang digagas oleh PP DMI tahun 2004. Peserta yang dikirimkan tentu saja belum melibatkan masyarakat lain, karena hanya internal Penamas Kementerian Agama. Sehingga, dikirimlah sejumlah pegawai Kemenag yaitu KH Acep Zoni, dan beberapa pegawai untuk konsolidasi dengan DMI Provinsi Jawa Barat yang tentu didampingi oleh KH Atang Mansyur.
Setelah pengiriman tutor tingkat pertama dan DMI Jawa Barat membutuhkan peran serta masyarakat yang lebih luas, maka Penamas Kemenag dan DMI yang belum resmi ini mencoba mendiskusikan kelanjutan organisasi kemasjidan ini. Hal ini pun menjadi tugas pokok Penamas sebagai “orang tua” kemasjidan di Indonesia. Hasil diskusi ini maka surat kedua tentang pengiriman tutor KFBM disebar luaskan. Karena faktor luasnya daerah Kabupaten Tasikmalaya, maka yang diajak adalah dua kecamatan yakni Singaparna dan Salawu. Jumlah tutor yang dikirimm adalah 5 orang dari Singaparna dan 5 Orang dari Salawu. Di antara peserta tutor yang dikirim dari Singaparna adalah Apan SHI (yang sekarang menjadi Sekretaris PD DMI), H. Maman, Ajengan Dudung, dan Swandana. Salah satu peserta dari Salawu adalah bapak Sumitra.
Gambar
Ustadz Apan, SHI, Pelaku Utama Pendirian DMI
Kabupaten Tasikmalaya
Apan Afandi SHI dan KH Maman sampai kini terus mengabdikan dirinya kepada DMI, bil khusus Bapak Apan yang perannya cukup signifikan dalam perjalanan DMI. Konsistensi dan istiqomah yang didedikasikan Bapak Apan berbuah kemajuan DMI yang lebih stabil dan terus berkembang. Dikisahkan, saking beliau tidak memiliki dana untuk transportasi ke Bandung untuk mengikuti Pelatihan tutor KFBM , maka beliau Bapak Apan bersama Bapak Maman naik motor Bektu (Honda Bebek Tujuh Puluh) yang sebetulnya tidak layak pakai jarak jauh. Sehingga di perjalanan sering mogok.
Setelah bergabungnya tutorial KFBM maka terbentuklah DMI Kabupaten Tasikmalaya dengan pesan KH R Maulani dari PP DMI dan PW DMI agar Tasikmalaya segera membentuk Kepengurusan yang disampaikan langsung kepada Bapak Apan. Dengan motivasi DMI Jawa Barat, maka DMI Kabupaten Tasikmalaya berniat untuk mendirikan dan mengembangkan DMI menjadi organiasi kemasjidan dengan visi misi “Masjid Berdaya Masyarakat Sejahtera”.
Maka pada tanggal 22 Juni 2004, Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia lahir secara resmi dengan diketui oleh Drs. KH Atang Mansur.
Sejarah Perkembangan DMI Kabupaten Tasikmalaya
Sejarah Perkembangan Periode I (2004 – 2006)
Kepemimpinan KH Atang Mansur pada periode pertama adalah tahap sosialisasi DMI kepada masyarakat masjid dan umum. Sebagaimana yang dijelaskan di awal bahwa berbagai penolakan dari masyarakat dan ormas Islam, maka dengan sabar kepengurusan awal ini terus menmberikan pemahaman mendasar tentang pentingnya DMI bagi masyarakat masjid.
Tokoh yang paling berjasa dalam bidang ini adalah Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tasikmalaya H. Cecep Alamsyah, M.SI. beserta dengan jajaran Penamas dimana Kasi Penamas Pak Ajat berjasa untuk mau menjadi sekretaris PD DMI yang pertama beserta H. Acep Zoni Saeful Mubarak yang menangani administrasi masjid di wilayah Kabupaten Tasikmalaya saat itu. Dukungan totalitas kepala Kemenag dan Penamas menjadikan DMI memiliki “nafas” untuk terus mensosialisasikan dirinya menjadi ormas Islam yang bisa diterima masyakarat.
Gambar
Dr. KH. Acep Zoni SM, M.Ag. Yang membantu Pendirian DMI dari Penamas Kemenag Kabupaten Tasikmalaya
Dengan prilaku yang ikhlas, penyabar dan lillah, the founding father DMI Kabupaten Tasikmalaya, KH Atang Mansur bersama staf Apan, DMI terus mencoba mensosialisasikan dirinya sebagai ormas baru di Kabupaten Tasikmalaya. Pemerintah daerah saat itu tidak begitu peduli dengan sepak terjang DMI Kabupaten Tasikmalaya sehingga perkembangan DMI tidak begitu meluas, hanya berkembang di wilayah kekuatan Kementerian Agama, khususnya Penamas. Mobil Daihatsu Zebra warna Silver tanpa AC dan ketika menumpanginya berhawa panas adalah kendaraan sejarah PD DMI untuk kendaraan operasional. Tagline “Hidup Golkar” saat pengurus melakukan koordinasi dengan ketua PD DMI yang berada di Nangerang Salawu pun menjadi istilah penting. Alasannya adalah ada semacam keyakinan, jika ingin motornya tidak mogok untuk melewati tanjakan nangerang yang hampir 45 derajat maka harus mengucapkan “hidup Golkar”. Jadi itu tidak terkait dengan Partai atau apapun, itu hanya keyakinan masyarakat di mana ketua PD DMI pertama tinggal.
Oleh karena itu, ada empat strategi kepengurusan DMI awal ini, yaitu kebijakan-kebijakan yang mengikuti instruksi DMI Jawa Barat, di antaranya:
- Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan. Kerja sama ini menghasilkan program KFBM. KFBM adalah program unggulan pendidikan saat itu untuk membuka program Paket A, B dan C sebagai upaya pemerintah memberantas buta hurup. Masjid sebagai sentral pelayanan dan memiliki ketersebaran yang massif di daerah, maka KFBM dianggap solusi pemberantasan buta hurup dan penyelesaian Wajib Belajar Sembilan tahun. Oleh karena itu, DMI memiliki akses kepada pemerintah melalui program ini sehingga KFBM menjadi program unnggulan di masa kepemimpinan PD DMI pertama ini. Masyarakat pun mulai antusias dengan KFBM yang sekaligus sosialisasi DMI berhasil di masjid-masjid.
- Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan. Kerjasama ini adalah hanya kerjasama sosialisasi kesehatan di masjid-masjid. Tidak seperti KFBM yang massif dan melibatkan seluruh tutor masyarakat masjid, kerjasama sosialisasi dengan Dinas Kesehatan tidak begitu gencar dan berdampak.
- Bekerjasama dengan Dinas Koperasi. Hasil dari kerjasama ini lahirlah Koperasi Jamaah Masjid atau akronimnya “Kopjamas”. Konsepnya sangat brilian dimana seluruh masjid di Jawa Barat akan diikut sertakan dalam keanggotaan Kopjamas. Sehingga secara konseptual akan lahir kekuatan ekonomi baru berbasis koperasi di Jawa Barat. Tasikmalaya pun ikut serta dalam kerjasama ini, namun hampir seluruh daerah di Jawa Barat tidak berhasil mengembangkan ekonomi koperasi ini, sehingga program ini tidak berdampak besar. Koordinator Kopjamas di Kabupaten Tasikmalaya ditunjuk oleh Provinsi Jawa Barat adalah Bapak Apan dari Singaparna, tapi ketika sampai di Tasikmalaya ada perubahan menjadi Bapak Sumitra dari Salawu. Hal ini pula yang mengakibatkan miss communication di dalam Kopjamas sehingga perjalanannya tidak mulus.
- Mendirikan PAUD berbasis masjid sebagai tindak lanjut dari program KFBM. Program PAUD berbasis masjid ini sangat lah berguna dimana saat itu masjid Jami’ berlomba untuk mendirikan PAUD. Salah satu yang masih ada adalah PAUD Masjid Agung Tasikmalaya yang berada di Gedung Dakwah Islam Kota Tasikmalaya.
Dari empat strategi ini, PD DMI Kabupaten Tasikmalaya mulai terkenal dan mulai membuka Pimpinan Cabang DMI (PC DMI) di kecamatan-kecamatan. Selama dua tahun kepemimpinan KH Atang Mansur dengan Sekretaris Kasi Penamas memiliki dampak sosialisasi yang baik sehingga fondasi DMI di Kabupaten Tasikmalaya dianggap kokoh.
Sejarah Perkembangan Periode II (2008 – 2011)
Kondisi KH Atang Mansur sakit-sakitan. Oleh karena itu melalui musyawarah antar Pengurus PD DMI Kabupaten Tasikmalaya diputuskan untuk menyelesaikan Pengurus DMI 2004 – 2008. Secara musyawarah mufakat pun diangkat pula pengurus baru yang hanya tertuju pada penggantian Kepemimpinan. Terpilih Bapak Drs. KH Endin Saefudin pimpinan Pondok Pesantren Manarul Huda Cipasung untuk menggawangi PD DMI pengurus Baru.
Karena riwayat KH Endin memiliki persahabatan dengan KH R Maulani di PW dan PP DMI, maka DMI Kabupaten Tasikmalaya menjadi kuat. Ini diakibatkan oleh jaringan KH Endin yang luas serta memiliki pengajian yang banyak diikuti oleh tokoh-tokoh masyarakat. KH Endin pun memiliki sepak terjang di Provinsi Jawa Barat bersama KH Undang Ishak. Ini disebabkan keduanya memiliki basis arah politik, KH Endin dengan PPP-nya sedangkan Ketua DMI Kota Tasikmalaya KH Undang Ishak bersama Golkarnya. Keduanya menjadi trigger DMI Tasikmalaya untuk berkembang di kancang Jawa Barat. Keduanya pun sangat dikenal di Jawa Barat sehingga DMI Tasikmalaya semakin dipercaya.
Gambar
Drs. KH. Endin Saefudin, Ketua PD DMI
Kabupaten Tasikmalaya Generasi Kedua
Kepemimpinan ini pun banyak merubah kultur yang telah dibangun terutama tentang arah kemandirian dari Kementerian Agama. Pada awalnya Kesekretariatan DMI berada di Kantor Seksi Penamas Kementerian Agama yang saat itu masih di Jl. Sutisna Senjaya Kota Tasikmalaya. Pada kepengurusan ini, Kesekretariatan beberapa kali pindah dari rumah kontrakan satu ke kontrakan lainnya. Akhirnya, PD DMI diberikan ruang keskretariatan di ruang samping Masjid Agung Baiturahman setelah selesai di bangun. Itu pun sering dipinjam oleh pihak Masjid Agung untuk ruang makan ketika ada acara.
Pihak pemerintah sudah mulai memperhatikan PD DMI sebagai ormas Islam yang perlu dibantu. Namun, anggarannya tidak cukup besar karena sama dengan ormas lainnya. Pemerintah membagi anggaran kepada ormas-ormas yang telah ada. DMI merupakan ormas yang dianggap masih kecil dan tidak diberikan anggaran yang cukup. Anggaran itu pun hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari menjalankan organisasi.
Namun demikian, karena tahap ini merupakan tahap pembuktian, DMI terus mengepakan sayapnya dan memperlebar jangkauan peran dan fungsinya. DMI Tasikmalaya jadi terkenal dan disegani di Jawa Barat dan Indonesia. Sehingga dalam Muktamar periode ini, PD DMI Kabupaten Tasikmalaya dideklarasikan menjadi DMI yang paling baik dan lengkap struktur organisasinya dari Daerah sampai ke cabang. Melalui KH R Maulani dengan bahasa orator yang ulung menyebutkan dalam muktamar DMI bahwa DMI Kabupaten Tasikmalaya adalah contoh baik dalam pengembangan DMI di daerah.
Paling tidak ada tiga strategi kepengurusan ini yang melanjutkan dari kehebatan pengurus terdahulu, yaitu:
- Membuat naskah-naskah khutbah untuk disebar luaskan kepada masjid-masjid seluruh Kabupaten Tasikmalaya. Naskah ini berpengaruh besar sehingga pada khutbah jumat ataupun Shalat Ied, naskah Khutbah DMI menjadi rujukan utama. Penulis khutbah ini sering dilakukan oleh KH Acep Zoni S Mubarok yang kini menjadi Wakil Ketua I PD DMI.
- Membangun wacana Baitul Mal. Walaupun masih dalam konteks wacana, Baitul mal ini menjadi cikal bakal DMI untuk menjadi ormas yang fokus pada pengembangan ekonomi. Konsep Baitul Mal yang digagas DMI masih terus berkembang saat ini, bahkan saat ini akan dibuatkan Bank Wakaf. Namun, karena saat itu dukungan finansial sangat terbatas kepada DMI, maka cita-cita baitul mal ini belum bisa diaplikasikan secara faktual.
- Mendekat kepada pemerintah dan konsolidasi kepada ormas-ormas sebagai mitra. Pada kepengurusan ini, DMI mulai membangun komunikai intensif dengan pemerintah sehingga pemerintah mulai sering mengundang. Senada dengan itu KH Endin pun mulai membangun konsolidasi dengan ormas Islam lain sehingga pada periode ini “kontestasi” yang dikhawatirkan pada masa sebelum berdiri DMI bisa dianulir. DMI mampu berdiri tegak sejajar dengan ormas lain bahkan memiliki ciri khas yakni pembangunan manusia masjid sekaligus ekonomi berbasis masjid.
Dari strategi dan peran sentral Bapak Ade Sumia sebagai sekretaris dengan dibantu total oleh Bapak Apan di Staf menjadikan kekuatan DMI masa kepengurusan lebih kuat di kepemimpinan KH Endin ini. Namun, karena kondisi kesehatan, KH Endin mengundurkan diri pada tahun 2011 dan Kepemimpinan diganti oleh kepengurusan yang baru.
Sejarah Perkembangan Periode III (2011 – 2013)
Setelah berdiskusi panjang atas pengunduran KH Endin Saefudin, maka diputuskan bahwa pengganti kepemimpinan adalah KH Aef Saefullah dari Pesantren Cintawana. Karena beliau adalah tipe manajer-kiai, maka ada kecenderungan stagnasi kegiatan DMI. Ada banyak penghentian kegiatan yang sebelumnya massif oleh DMI saat kepemimpinan beralih. Namun demikian, KH Aef Saefulloh berfokus pada pengembangan DMI di tingkat Pemerintahan. Upaya beliau dalam mendekatkan DMI kepada Pemerintah Daerah sukses sehingga anggaran pada masa kepemimpinan periode ini bertambah. Kegiatan yang ada pun semuanya berbasis anggaran yang diberikan pemerintah. Pada masa ini pula DMI semakin bisa berkolaborasi dan bersinergi dengan pemerintah daerah melanjutkan dua kepemimpinan sebelumnya.
Keberhasilan ini pun menjadikan DMI bisa berkuasa penuh atas organisasi kemasjidan. Saat itu ada Keputusan Menteri Agama (KMA) tentang Masjid Jami’. Penamas sebagai leading sector kemasjidan memiliki kerumitan untuk mengintegrasikan KMA ini dengan Kebijakan DMI yang memiliki tugas pokok dan fungsi serupa. Sehingga di tingkat kecamatan (KUA) dan PC DMI sering bersitegang. Hal ini pun dapat diselesaikan oleh sentuhan dingin kepengurusan DMI dan juga Penamas yang sesungguhnya adalah “bapak” yang melahirkan DMI Tasikmalaya. Oleh karena itu karena kedekatan dengan penguasa, PD DMI tidak memiliki masalah serius terhadap KMA yang beririsan dengan tupoksi DMI tersebut.
Gambar
- Aef Saefulloh, Ketua PD DMI
Kabupaten Tasikmalaya Generasi Ketiga
Beberapa strategi yang dilakukan oleh kepemimpinan KH Aef Saefulloh adalah sebagai berikut:
- Kegiatan pelatihan-pelatihan. Pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan penulisan khutbah Jum’at, pelatihan manajemen masjid, pelatihan arah kiblat dan seterusnya. Semua pelatihan ini dibiayai oleh anggaran pemerintah yang dititipkan kepada DMI.
- Melaksanakan lomba-lomba. Lomba yang paling terkenal dan terkesan selama kepemimpinan KH Aef Ssefulloh adalah lomba Khutbah. Beberapa kader lomba khutbah ini menjadi tokoh ternama di Kabupaten Tasikmalaya.
- Melakukan komunikasi intensif dengan PC DMI se-Kabupaten Tasikmalaya sehingga PC senantiasa menjadi kepanjangan tangan untuk mendesiminasikan dan mengimplementasikan program yang sudah dirancang bersama pemerintah.
Periode ini dikenal dengan Periode Tahap Integrasi, yaitu dimana DMI mengintegrasikan dirinya menjadi bagian kegiatan organik dan non organik pemerintah sehingga bisa bersinergi dengan berbagai kebijakan pemerintah. Periode ini menghasilkan DMI yang mampu diterima oleh Pemerintah terutama Pemerintah Daerah.
Sejarah Perkembangan Periode IV (2013 – 2018)
Karena PD DMI semakin seksi bagi pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dan masyarakat Tasikmalaya, maka pada tahun 2013 DMI melaksanakan Musyawarah Daerah untuk memilih kepemimpinan baru karena kepengurusan PD DMI pimpinan KH Aef Saefullah berakhir. Pengurus lama dengan bangga mempersembahkan Musda pertama untuk suksesi kepemimpinan. Di sinilah PD DMI mulai menjadi organisasi yang besar dan diperhatikan semua pihak. PD DMI Kabupaten Tasikmalaya menjadi DMI yang benar-benar solid dan memiliki keaktivan yang lebih baik di antara DMI lainnya di Indonesia. Banyak tokoh masyarakat ternama yang mencalonkan diri sebagai bakal calon ketua PD DMI. Mereka berkontestasi secara demokratis sehingga lokasi Musda menjadi lebih ramai. Hal ini berbeda dengan sebelumnya dimana belum ada Musda. Kepemimpinan dilakukan secara musyawarah mufakat dan terbatas.
Musda DMI menghasilkan kepemimpinan baru. Namun tidak benar-benar baru karena ketua terpilih adalah KH Endin Saefudin yang merupakan Ketua pada periode kedua. Para muktamirin sepakat untuk menunjuk kembali KH Endin sebagai gawang DMI dengan didampingi oleh KH Dede Saeful Anwar sebagai wakil ketua I.
Selama kepengurusan periode ini, hal yang paling diutamakan adalah bagaimana menjalin komunikasi dan konsolidasi dengan PC DMI serta Masjid Besar Kecamatan. Beberapa strategi kepengurusan ini fokus pada:
- Konsolidasi pada Pimpinan Cabang DMI sehingga PC DMI harus memahami tupoksi dan kebijakan instruktif dari PD DMI Kabupaten Tasikmalaya. Dengan cara ini, PC DMI memiliki ghairah baru untuk terus membesarkan DMI di Kecamatan sehingga dalam kepengurusan ini, PC DMI terus memberikan kiprah sesuai dengan garis instruktif PD DMI.
- Komunikasi dengan DKM Masjid Besar (DKMB) Kecamatan. Sesuai AD/ART bahwasannya Masjid Besar Kecamatan adalah pemegang suara serta berada di bawah naungan PD DMI Kabupaten, maka komunikasi dengan DKMB dilakukan secara intensif. Berbagai persoalan DKMB langsung ditangani oleh PD DMI dengan bekerjasama dengan Forum Komunikasi Kecamatan terutama dengan kepala KUA.
- Bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya dan Kementerian Agama dan terutama KUA Se-Kabupaten Tasikmalaya. Kerjasama ini menimbulkan harmoni antara DMI dan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dan KUA. Sehingga antara DMI, Pemda dan Kemenag memiliki sinergi yang baik.
Kondisi sakit-sakitan yang dialami oleh Ketua PD DMI, KH Endin membuat pengelolaan diambil alih oleh Drs. KH Dede Saeful Anwar, M.Pd. Beliau melanjutkan track yang telah dibangun oleh KH Endin sampai beliau Wafat. Kepengurusan dilanjutkan oleh KH Dede Saeful Anwar sebagai Wakil Ketua I dan melanjutkan kemajuan-kemajuan hingga periode kepengurusan ini berakhir dan melangsungkan Musda Kedua. Periode kepengurusan ini disebut periode Tahap Pengembangan.
Sejarah Perkembangan Periode V (2018 – Sekarang)
Musda Kedua DMI Kabupaten Tasikmalaya terselenggara tahun 2018 dan menghasilkan kepemimpinan Drs. KH Dede Saeful Anwar, M.Pd. Karena beliau telah memiliki pengalaman yang panjang bersama KH Endin di periode sebelumnya, maka kepengurusan beliau melanjutkan kesuksesan yang telah lalu. Kepengurusan ini pun merekrut generasi muda enerjik dan kaum intelektual agar bisa lebih maju sesuai dengan amanat dalam Muktamar VII yang digawangi oleh Dr (HC) Jusuf Kalla.
Strategi untuk menjadikan DMI sebagai organisasi kemasjidan yang maju professional telah dilakukan oleh kepengurusan saat ini, yaitu di antaranya adalah:
- Memperkuat Koordinasi dan konsolidasi dengan PC DMI dan DKMB. Dalam kepengurusan ini seluruh administrasi (bidang idharah) didisiplinkan sehingga seluruh PC dan DKMB telah memiliki sistem administrasi yang baik dan lengkap.
Gambar
Drs. KH Dede Saeful Anwar, Ketua PD DMI Kabupaten Tasikmalaya Generasi Keempat
- Kehebatan pengurus periode ini pun telah berhasil untuk mengangkat kepengurusan tingkat Ranting (Desa) Seluruh Kabupaten Tasikmalaya. Ada 351 Pimpinan Ranting (Piranti) yang telah dibentuk sehingga DMI menjadi slah satu ormas Islam yang memiliki pengurus sampai tingkat ranting. Hal ini sulit dilakukan oleh organisasi lain dimana tiap desa harus memiliki kepengurusan. DMI di luar Kabupaten Tasikmalaya pun tidak semua yang sukses membentuk kepengurusan sampai ranting. PD DMI telah berhasil mengelola dan membentuk 35 Piranti.
- Fokus pada trilogy masjid yaitu Idharah, Imarah dan Riayah sekligus tetap memiliki visi iqtishodiyah (ekonomi) berbasis masjid. Untuk melanjutkan visi DMI terdahulu, DMI telah berhasil membangun Koperasi Sibadami Masjid Berdaya, kemudian dari Koperasi ini sedang dibangun Bank Wakaf Mini. Di bidang lain, Program Digitalisasi Masjid melalui aplikasi Sibadami, QRIS, PPOB, Mesra dan program ekonomi lainnya yang akan dijelaskan di Bab II telah terselenggara dengan baik pada kepengurusan ini.
- Kedekatan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya membuat kepengurusan DMI memiliki power khusus. PD DMI telah mampu memberikan bantuan operasional kepada DKMB, PC DMI, Masjid Jami’ Imam, Marebot, Beasiswa Santri dan Bantuan lainnya yang merupakan titipan dari Pemerintah Daerah ataupun hasil usaha PD DMI untuk kemajuan Masjid di Kabupaten Tasikmalaya. Dana tiap tahun yang didistribusikan mencapai Lima Milyar lebih.
- Menyelenggarakan program terintegrasi bernama Gebyar DMI. Program ini terdiri dari ragam kegiatan terintegrasi, yaitu seminar, pelatihan, distribusi bantuan dan lomba-lomba. Untuk tahun 2021 pun PD DMI adalah satu-satunya PD DMI yang menyelenggarakan Milad DMI. Milad ini merupakan ulang tahun ke-17 bagi daerah Tasikmalaya (2004 – 2021) sedangkan bagi DMI nasional merupakan yang ke-49 (1972 – 2021). PD DMI selalu ingin menimbulkan ghairah yang besar bagi masyarakat masjid agar terus berinovasi.
Tentu kepemimpinan PD DMI saat ini masih memiliki waktu panjang sampai 2023. Hal ini tentu PD DMI harus membuktikan kemajuan lebih hebat lagi. Penulisan buku ini pun merupakan salah satu upaya menghebatkan DMI dimana hanya DMI yang mampu merekam jejak sejarahnya dan didokumentasikan dalam bentuk buku. Sehingga melihat dari perkembangan yang berjalan, DMI periode ini disebut Tahap Kemajuan.